Minggu, 17 Oktober 2010

Bermain dengan Nuklir

Indonesia boleh dibilang agak ketinggalan dalam bidang nuklir. Kita tidak punya PLTN. Yang ada barulah 3 reaktor riset. Reaktor terbesar berada di Serpong dengan daya maksimal 30 MW (thermal).

Bicara soal reaktor nuklir berarti berkaitan juga dengan limbah. Secara umum, limbah nuklir terbagi menjadi tiga macam, low-level, intermediate-level, dan high-level. Untuk low dan intermediate level tidak menjadi masalah. Waktu paronya cenderung lebih pendek dan bisa diatasi dengan penimbunan biasa. Tetapi untuk high-level, perlu dibuat rencana jangka panjang (di atas 50 tahun) karena bahan bakar bekas pakai ini bisa menjadi masalah.

Di Amerika, sudah dibuat persetujuan untuk membangun repository di Nevada. Rencana ini sudah digagas sejak lama tetapi baru disetuju tahun 2003 lalu karena banyaknya oposisi, termasuk dari Gubernur Nevada sendiri. Sementara ini sekitar 100 lebih PLTN di Amerika masih menyimpan limbahnya di kolam sendiri. Amerika tidak memperbolehkan pengolahan ulang bahan bakan bekas pakai untuk mengurangi volume limbah. Policy ini konon berlaku sejak jaman Presiden Carter. Sementara di Eropa, umumnya menganut proses ulang bahan bekas pakai. Akan tetapi baru Swedia dan Finlandia yang mempunyai proyek pembangunan repository.

Jaman dulu pernah ada reaktor nuklir peeble-bed yang dioperasikan. Sekarang sudah ditutup. Sementara proyek di Afrika Selatan nampaknya masih berupa konsep. Memang, reaktor jenis ini sifatnya proliferation-proof, yakni bahan bekas pakainya tidak dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan fisil yang digunakan untuk peledak. Selain itu, reaktor jenis ini juga bisa dibangun dalam skala yang lebih kecil, berkisar antara 100 MW (listrik).

Sumber :
http://nofieiman.com/2005/06/bermain-dengan-nuklir/
16 Juni 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar