Minggu, 17 Oktober 2010

Minyak Tersumbat, Nuklir Dipilih

Pada postingan sebelumnya di blog Sapu Jagat memnahas tentang Dua Polisi Ditemukan Tewas Ditembak, dan kali ini sapu jagat akan membahas tentang Minyak Tersumbat, Nuklir Dipilih. Menurut informasi yang diterima kanghari melalui mesin pencari google bahwa kebutuhan energi menjadi salah satu isu utama dunia saat ini.Apalagi kepastian cadangan minyak semakin mengkhawatirkan. Ditambah pula harganya sering kali melonjak drastis.

Energi merupakan elemen penting bagi pembangunan. Jika kebutuhan energi tidak terpenuhi, bisa dipastikan dapat menimbulkan kesengsaraan yang berakibat memicu konflik serta mengganggu stabilitas kawasan dan global. Gangguan pasokan minyak pada era 1970-an membuat sejumlah negara seperti Prancis dan Jepang memutuskan mengembangkan energi nuklir.

Kedua negara tersebut memiliki sumber energi alternatif selain minyak. Prancis dan Jepang merupakan dua negara yang berhasil memanfaatkan nuklir bagi pasokan energi. Kini Prancis dengan PLTN-nya berhasil memenuhi 80% kebutuhan listrik negara itu. Ada 59 PLTN yang dimiliki Negeri Anggur tersebut dengan kapasitas 63 GW dan mampu menyuplai energi sebesar 426 juta kWh setiap tahun.

Prancis berbeda dengan kebanyakan negara lain yang masih memperdebatkan manfaat dan bahaya nuklir. Pierre Gadonniex, mantan Kepala Electricite de France (EDF, ”PLN” Prancis), dalam sebuah kesempatan mengatakan,keberhasilan Prancis dalam memanfaatkan energi nuklir untuk listrik adalah karena kuatnya keinginan negara itu untuk independen dalam pemenuhan kebutuhan energi.Terbukti,dalam 30 tahun terakhir keputusan tersebut tepat. Di Prancis, kita nyaris tidak punya batu bara.

Kita sama sekali tak memiliki minyak. Jadi sangat jelas bahwa nuklir menjadi jalan terbaik, ungkap Gadonniex. Listrik yang dihasilkan PLTN Prancis tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tapi juga bisa diekspor ke sejumlah negara seperti Jerman dan Inggris serta beberapa negara Eropa lain. Hasilnya, Prancis bisa menghasilkan devisa dari ekspor listrik.

Prancis mengekspor sekitar 60–70 juta kWh energi listrik tiap tahun.Prancis saat ini dikenal sebagai pengekspor energi listrik terbesar dunia. Dengan nuklir, Prancis juga menjadi negara yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan PLTN nyaris tidak mengeluarkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi penyebab utama polusi udara dan pemanasan global. Melalui penggunaan nuklir, Prancis tidak harus mengeluarkan dana yang besar ketika harga minyak melonjak.

Di samping itu,dibandingkan warga lain di Eropa, masyarakat Prancis menikmati tarif listrik paling rendah. Kepala Bagian Ilmu Pengetahuan dan Riset TheWorld Resource Institute David Jhirad menilai, rekam jejak keamanan di industri listrik nuklir sangat baik sehingga alasan-alasan ketakutan yang tidak proporsional harus dihindarkan. Menurutnya, banyak orang yang mengait-ngaitkan PLTN dengan tragedi Chernobyl pada 1986, padahal zaman telah berubah.

Ketika ada kemungkinan kecil dari bencana, mereka selalu berpikir tentang bencananya, bukan rendahnya risiko bencana,” kata Jhirad. Para pelaku industri PLTN di Prancis menjalankan pola kerja sesuai prosedur dan standar yang berlaku. Karena itu kecelakaan bisa diminimalkan. Kesempurnaan adalah kata kunci untuk industri listrik nuklir. Mereka yang menjalankan PLTN di Prancis mengutamakan kesempurnaan sehingga penolakan cenderung teredam dengan sendirinya karena rakyat merasakan manfaat langsung. Adapun Jepang merupakan negara Asia yang paling agresif dalam mengembangkan PLTN.

Kemajuan teknologi Jepang rupanya berdampak pada penyediaan energi, khususnya di bidang nuklir. Jepang mampu membangun dan mengembangkan PLTN. Baik dari sisi teknologi, desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan sampai dengan decommissioning. Jepang pertama kali mengoperasikan PLTN pada 1963 dengan kapasitas neto 12 MW yang berlokasi di Ibaraki. Hingga terjadi krisis minyak pertama pada 1973 lalu, Jepang telah mempunyai 8 unit PLTN.

Setelah terjadinya krisis minyak, Jepang melihat semakin pentingnya penyediaan energi tanpa harus bergantung epada minyak sehingga Negeri Samurai itu terus mengembang kan PLTN. Ketika krisis minyak kembali terjadi pada 1979, Jepang telah memiliki 23 PLTN. Kondisi ketergantungan pada bahan bakar fosil membuat Negeri Matahari Terbit itu terus meningkatkan jumlah PLTN. Hingga saat ini Jepang telah mempunyai 54 unit PLTN yang beroperasi menyuplai kebutuhan energi.

Kini Jepang menjadi raksasa PLTN Asia. Survei Japan Atomic Industrial Forum (JAIF) tentang kondisi pengoperasian PLTN Jepang pada Desember 2009 memperlihatkan, total daya yang telah dibangkitkan PLTN adalah 2,65 miliar kWh (rasio kenaikan terhadap tahun sebelumnya 15,9%).Adapun rasio pemanfaatannya adalah 74,0% atau naik 7,4 poin dari 66,6% kondisi bulan sebelumnya. Rasio pemanfaatan yang menembus 70% ini adalah pertama kali sejak Agustus 2008.

PLTN terbaru Jepang yang beroperasi untuk komersial adalah PLTN Tomari-3 yang beroperasi pada 22 Desember 2009 . Ini merupakan reaktor nuklir ketiga milik Hokkaido Electric Power Co.PLTN ini berkapasitas termal 2.070 MW, hampir setara dengan total daya tiga PWR yang dioperasikan Shikoku Electric Power Co.

Dengan adanya PLTN Tomari-3, total daya yang dihasilkan semua PLTN di Jepang mencapai 48.847 MW. Selain dua negara itu, kini sejumlah negara lain juga memanfaatkan kentungan dari nuklir. Sementara di Indonesia belum ada satu pun PLTN yang berhasil didirikan. Tentunya jika ada PLTN yang berdiri di Indonesia, hal itu akan memberikan sumbangan pada penyediaan energi.

Sumber :
http://www.lautanindonesia.com/blog/mbahgendeng/blog/11258/minyak-tersumbat-nuklir-dipilih
16 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar