Minggu, 17 Oktober 2010

Produksi Benih Hasil Nuklir Tinggi

Benih hasil radiasi nuklir memiliki kapasitas produksi hampir dua kali lipat dari benih unggul yang digunakan petani selama ini.

Namun, pemanfaatannya masih rendah di kalangan petani Aceh. Data Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dalam kurun waktu tiga tahun yakni 2007, 2008, dan 2009, sudah empat jenis varietas unggul ditanam di Aceh. Tiga jenis varietas padi (Diah Suci, Mira-1, dan Bestari) dan satu jenis varietas kedelai (Rajabasa). Total luas tanam mencapai 209 hektare lebih yang tersebar di Kabupaten Aceh Besar, Bireuen, Aceh Jaya, dan Aceh Barat Daya (Abdya).

“Rata-rata produksi di Aceh 6,9 sampai 8,3 ton per hektare. Bandingkan dengan benih padi biasa dengan hasil maksimal hanya sekitar 5,5 ton,” jelas Kepala Bidang Diseminasi Batan, Eko Madi Parmanto, kepada Serambi, Sabtu (18/7), seusai acara seminar Pengenalan Sistem Informasi Ilmiah Iptek Nuklir dan Aplikasi Teknologi Nuklir pada Pertanian di aula Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Benih-benih yang ditanam selama kurun waktu tiga tahun tersebut ada yang dikonsumsi atau sebagai benih. Untuk benih, sambungnya lagi, stok yang dihasilkan dari penangkaran sebanyak 110 ton. “Pemanfaatannya (distribusi benih ke petani) masih rendah, apalagi masih tiga tahun penanaman,” ujarnya.

Karena itu, dia menilai perlu adanya kerja sama semua pihak, mulai dari civitas akademik hingga dinas-dinas terkait. Disebutkan, Batan hanya sebagai badan yang memperkenalkan produk hasil teknologi nuklir tersebut. “Universitas bisa melakukan sosialisasi tentang kegunaan nuklir, sedangkan dinas melalui tenaga penyuluhnya bisa memperkenalkan keunggulan benih-benih hasil teknologi nuklir itu. Sebab selama ini persepsi terhadap nuklir masih miring,” ucap Eko.

Dekan Fakultas MIPA Unsyiah, Mustanir, menambahkan, adanya persepsi miring di masyarakat memang menjadi kendala utama dalam menerapkan aplikasi teknologi nuklir. “Masyarakat telah lebih dulu dibayangi dengan dampak negatif nuklir seperti kejadian bom atom di Nagasaki dan Hiroshima,” ucapnya.

Padahal, dampak positif dari nuklir sendiri cukup besar, diantaranya di bidang industri, pertanian, kesehatan, dan lain-lain. “Jadi saat ini, paradigma masyarakat itulah yang sedang kita coba rubah. Stigma-stigma negatif itu harus kita hilangkan, baru kemudian kita bisa menerapkan aplikasinya,” kata Mustanir.

Selain itu, peneliti asal Aceh yang juga mahasiswi di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Jaswar, sedang melakukan penelitian dengan menerapkan teknologi nuklir pada padi Tangse. Targetnya, masa tanam dan batang tanaman padi bisa lebih pendek. Penilitian mulai dilakukan pada 2006 dan saat ini telah memasuki fase mutasi kedua atau masa tanam kedua. “Penanaman pertama di Tangse gagal karena masalah pemeliharaan. Selanjutnya kita tanam di Saree seluas 1.000 meter per segi dan berhasil,” jelasnya. Dia menambahkan saat ini sedang dilakukan penanaman tahap kedua seluas 4.000 meter per segi. Sedangkan sasilnya baru dapat diketahui pada mutasi ke empat atau ke lima, demikian Jaswa.


Sumber :
http://fmipa.unsyiah.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=120:produksi-benih-hasil-nuklir-tinggi&catid=53:spotlight-news-3
7 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar